BUKITTINGGI-Keberadaan homestay di Kota Bukittinggi menjadi salah satu indikator pendukung sektor pariwisata sehingga perlu mendapatkan perhatian dan dukungan oleh pemerintah daerah.
Kota Bukittinggi mempunyai 75 Homestay yang tersebar di berbagai lokasi. Pada tahun sebelumnya, pertumbuhan kunjungan berada pada angka 1.392.000 orang yang tampak dari data tiket berbayar yang dipungut di destinasi wisata dan pajak perhotelan yang dihimpun oleh pemerintah daerah.
Tetapi dalam masa pandemi covid-19 tingkat perkembangan dan pertumbuhan kunjungan di Kota Bukittinggi tidak mengalami penurunan yang signifikan yakni berkisar pada angka 200 ribu orang, dikarenakan hingga hari ini pertumbuhan berada di 1.100.000 kunjungan dari tahun berjalan.
Walikota Bukittinggi ErmanSafar mengatakan, pengembangan homestay sebagai salah satu UMKM pendukung destinasi wisata bersama anggota DPR RI Komisi VI Nevi Zuairina Irwan Prayitno di Aula Istana Bung Hatta hari ini, Jumat (02/07/2021).
Homestay dikota Bukittinggi dengan jumlah 75 unit dinilai belum cukup untuk membantu akomodir tingkat kunjungan wisata, sehingga pemerintah melalui dinas pariwisata pemuda dan olah raga perlu mencari sebuah kawasan yang diberdayakan bersama terhadap sarana prasarana namun unitnya dimiliki oleh pengusaha homestay.
"Kita sangat berterima kasih kepada pengusaha homestay untuk mendukung kota Bukittinggi menyikapi pertumbuhan kunjungan wisata, kita nanti bersama Dinas Parpora dan dinas terkait lainnya mendorong dibangun kawasan homestay, nanti kita gunakan sarana dan prasarana bersama, kita ingin unit - unitnya dimiliki owner homestay, "ujarnya.
Erman Safar menambahkan, dirinya mengetahui dan mengalami dunia penginapan dikarenakan memiliki sektor usaha yang hampir sama dengan keberadaan homestay yakni penyediaan kamar kos di kota bandung bagi para mahasiswa yang berkuliah di daerah ini.
Di masa pandemi virus corona sekarang, dari keberadaan 2.200 kamar kos-an berdampak terhadap kekosongan sekitar 1.400 kamar kos, lantaran pemberlakuan pembatasan aktivitas dan mobilitas warga, termasuk penerapan pembelajaran daring di perguruan tinggi. Namun, mencermati hal demikian dirinya tetap optimis dan mengambil makna dari musibah non alam yang dialami bangsa indonesia.
"Saya sama seperti bapak, ibu punya usaha tapi bukan homestay, saya punya kos di kota Bandung, ada 2.200 kamar, biasanya sebelum pandemi covid - 19 waiting listnya penuh, semua kamar terisi, tetapi sekarang ada 1.400 kamar yang kosong, mahasiswa tidak kuliah tatap muka dikampus dan ada kebijakan serta kondisi di kota Bandung, " tandasnya.
Erman menyebutkan, pengusaha homestay jangan semata mengandalkan bangunannya, akan tetapi memperhatikan dan memperhitungkan konsep serta strategi pasar sehingga kunjungan yang tetap bertahan hingga menghasilkan kepercayaan orang lain untuk memilih homestay tersebut.(fang).